PUISI KEPADA SANG HYANG
MUTIARA DI PADANG GERSANG
Ku menggenggamnya dengan tangan yang bersih nan suci
Ku mendekapnya dengan rasa takjub
Semua orang bahkan delapan penjuru mata angin
Merasakan kemilaunya
Tapi mengapa kemilaumu tak pernah kudapat
Kemilaumu menambah kerinduan
Aku kini merindukan mutiara itu
Merasuk kehatiku
Namun dia enggan juga
Apa salahku…………………..
Hingga mutiara itu tak bersinar di wajahku
Mutiaraku ……………………
Masuklah ke jiwaku
Dan jadikan aku menjadi budakmu
API ASMARA
Ku tersungkur ke lantai kerinduan
Ku terpojok ke sudut kehinaan
Ku diterjang olehnya
Namun …………………………..
Dia tak membakar tubuhku
Dia hanya membakar jiwaku
Dia hanya membakar hatiku
Hatiku kini ……………………..
Telah hangus diterjangnya
Semakin kuat kumelawan
Dirinya………………………….
Semakin kuat terjangannya
Kemana harus ku berlari
Kalau aku pergi
Dia selalu mengikutiku
Oh………………………….
Tolonglah aku …………..
Memadamkan api itu
Bawalah dia pergi jauh dariku
OMBAK TAK BERHATI
Samudera biru
Bergelombang indah
Penerpa karang
Saling bergulung
Datang menerpa
Karang yang kokoh
Hancur…………………
Perlahan………………
Sungguh ………………..
Betapa teganya…………….
Ombak itu ………………
Dia tak punya hati sedikitpun
Walaupun memang demikian
Tapi kapan
Ombak itu berhati
Kalau demikian
Karang harus hati – hati
Karena tak mungkin ombak berhati
MALAM ITU
Ku mengenang hawa ciptaanmu
Ku teringat akan tugasku
Saat itu
Aku ingin melihat wajahmu
Saat itu
Ingin kubersihkan raga dan jiwaku
Namun ku masih terbelenggu
Aku masih mendua
Apakah kau rela dimadu
Kau kubandingkan
Dengan hasil karyamu
Apakah aku harus memilih
Apakah aku harus bercerai
Dengan salah satu
Tapi tak mungkin
Aku cinta keduanya
Ku mengenang hawa ciptaanmu
Ku teringat akan tugasku
Saat itu
Aku ingin melihat wajahmu
Saat itu
Ingin kubersihkan raga dan jiwaku
Namun ku masih terbelenggu
Aku masih mendua
Apakah kau rela dimadu
Kau kubandingkan
Dengan hasil karyamu
Apakah aku harus memilih
Apakah aku harus bercerai
Dengan salah satu
Tapi tak mungkin
Aku cinta keduanya
PENCULIK
Katanya sih ……………
Jodoh udah ditentukan Allah
Aku tak percaya
Jodoh manusia itu masing – masing ada
Itu baru aku percaya
Sebab kita juga boleh menentukan
Apakah mencari yang baik atau yang buruk
Sebab
Wanita yang baik untuk lelaki yang baik pula
Lelaki yang buruk untuk wanita yang buruk pula
Demikian sebaliknya
Dia orang yang baik, namun dia tak dapat kumiliki
Apa aku tak baik
Bisa saja aku tak baik
Karena aku pernah membunuh
Karena aku tak pernah sujud
Karena aku pernah khamar
Karena aku pernah berdosa
Jadi, bagaimana dia kumiliki
Apa dia harus kuculik
Tapi selama ini dialah yang jahat
Dia telah mencuri hatiku
Dia mencuri hatiku dan menyiksanya
Hatiku juga di penjarakannya
Katanya sih ……………
Jodoh udah ditentukan Allah
Aku tak percaya
Jodoh manusia itu masing – masing ada
Itu baru aku percaya
Sebab kita juga boleh menentukan
Apakah mencari yang baik atau yang buruk
Sebab
Wanita yang baik untuk lelaki yang baik pula
Lelaki yang buruk untuk wanita yang buruk pula
Demikian sebaliknya
Dia orang yang baik, namun dia tak dapat kumiliki
Apa aku tak baik
Bisa saja aku tak baik
Karena aku pernah membunuh
Karena aku tak pernah sujud
Karena aku pernah khamar
Karena aku pernah berdosa
Jadi, bagaimana dia kumiliki
Apa dia harus kuculik
Tapi selama ini dialah yang jahat
Dia telah mencuri hatiku
Dia mencuri hatiku dan menyiksanya
Hatiku juga di penjarakannya
PRAHARA RINDU
Kidung rindu mengalun sendu
Prahara rindu terbesit lalu
Menjelma, menyatu di benakku
Angina malam bersatu di pundakku
Belenggu rindu kini membatu
Seiring waktu yang terus berlalu
Hasrat hati ingin berseru
Tapi apalah dayaku
Rindu kini membuatku bisu
RINDU
Sendu desah tangisku
Dimalam yang terbelenggu
Terbelenggu oleh cintamu
Dudukku bersimpuh layu
Mengharap kasih dan cahayamu
Hingga aku lupa akan diriku
Yang nista dan hina di hadapmu
Kau membuat aku merindumu
Rindu yang tak berwaktu
Setiap aku menghadapmu
Hingga aku tak dapat melupakanmu
KESEDIHAN HATI
Di kabin sempit ku sendiri
Menyepi menahan sedih di hati
Butir – butir air menghujani hati
Teringat juwita dambaan hati
Di kabin kecil ku sendiri
Bertemankan bantal lusuhku
Temanku yang bisu ceritalah tentangnya
Sebagai pengering hujan di hati
Juwita hatiku menjelmalah dalam mimpiku
Hadirlah dalam relung jiwaku
Relung – relung hampa
Hampa diterpa rindu
Di kabin sempit ku sendiri
Menyepi menahan sedih di hati
Butir – butir air menghujani hati
Teringat juwita dambaan hati
Di kabin kecil ku sendiri
Bertemankan bantal lusuhku
Temanku yang bisu ceritalah tentangnya
Sebagai pengering hujan di hati
Juwita hatiku menjelmalah dalam mimpiku
Hadirlah dalam relung jiwaku
Relung – relung hampa
Hampa diterpa rindu
DITULIS OLEH BALQIN "AL FARISY" NASUTION
Ditulis pada tahun 2008
Komentar